Being a student and a part time barista had been my goals since the first term of my college life, and luckily I’ve got a chance to became a barista at Starbucks from April 2017 to February 2018. It was the big achievement in my life, also the greatest time of my life.
Siapa sih yang gak pengen punya uang sendiri? Hasil keringat sendiri?
Saya ingat struggle nya bagaimana, makanya saya bangga dengan pengalaman saya bekerja di coffee shop terkemuka di dunia ini. Struggle nya ada dua sih: susahnya nyari kerja part time jaman saya dan susahnya memertahankan ipk di atas 3,5 saat sudah bekerja paruh waktu.
Dulu saya ingat, main-main ke coffee shop atau resto pasti suka iseng nanya ada loker untuk anak kuliahan engga ya, tapi entah kenapa rasanya sulit. Waktu itu saya belum tahu kalau Starbucks mengadakan walk-in-interview. Sampai akhirnya saya ikut interview di Botani Square, itu juga sempat gagal, katanya jadwal kuliah saya masih terlalu padat.
But God always has his plans. Saya ditelfon untuk psikotes di SCJ (Starbucks Center Jakarta, gedungnya di Sudirman), setelah lolos diberitahu untuk interview lagi dengan manajer di store yang akan saya tempatkan, lalu diminta medical check-up, dan akhirnya melakukan tanda tangan kontrak. Barista full-time dan part-time kontraknya beda. Waktu itu kontrak anak part-time ialah tahan ijazah 6 bulan, jika sebelum kontrak mengajukan resign maka akan didenda sebesar 5 juta rupiah. Soal salary jaman saya masih 156rb sehari (UMR Bogor).
Setelah kontrak ditandatangani, para green bean (istilah untuk para barista baru) diminta untuk melakukan training di SCJ selama dua hari, dan training di toko dimana kami ditempatkan selama 2 bulan.
Setelah training di Starbucks Center, kami langsung ditempatkan di toko masing-masing. Saya berdomisili di Bogor, jadi saya ditempatkan di Rest Area Sentul KM. 35 dengan kode store SCP1. Mungkin ada yang pernah mampir ke sana dan bertemu saya? hahaha.
Pertama kali disuruh datang saya deg-deg an parah. Sudah begitu barista trainer saya jutek asli. Namanya Kak Risni, yang kemudian menjadi kakak sekaligus ibu terbaik bagi saya di SCP1 hahaha. Kami (saya dan partner lainnya) bahkan memanggilnya Emak. Remember, don’t judge a book by its cover 😉
Training dua bulan itu saya habiskan dengan menghapalkan resep semua minuman Starbucks, shelf life makanan, syrup, powder, pokoknya nyaris semua ingredients yang dipakai Starbucks. Saya juga banyak belajar basic coffee knowledge, karena setiap hari kami selalu rutin mengadakan coffee tasting. Intinya saya lebih banyak mendapatkan hal positif setelah bekerja di Starbucks. It was indeed a great time 🙂
Sayangnya saya harus mengajukan resign karena saat itu sudah waktunya saya PKL (Praktik Kerja Lapangan). I’m gonna missed wearing green apron with a little black name tag on it, serving a coffee to start your morning, laughing and chit-chatting with partners, going home exhausted but smelled like coffee, and every little thing about that! Pengalaman bekerja di Starbucks akan selalu menjadi kenangan yang tidak terlupakan.
Semoga makin sukses ke depannya ya Ima. Aamiin 🙂
LikeLike
Aamiin🙏 Thank you a tian
LikeLiked by 1 person
Sama-sama 🙂
LikeLike